TUGAS
MERANGKUM SOSIOLOGI
BAB
X
PERUBAHAN
SOSIAL BUDAYA
OLEH
:
NAMA : MU'AMMAR SYAIKHUL QATHAFI
ASS
NIM : 111034028
KELAS: PLS 2011-A
JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
Bab X
Perubahan Sosial
A.ARTI
KEBUDAYAAN
Budaya
atau yang disebut dengan kebudayaan secara etimologi dalam konteks bahasa
Indonesia berasal dari bahasa Sansakerta yaitu kata “Buddhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari kata Buddhi yang berarti budi atau akal.
Sedangkan dalam bahasa Inggris, budaya atau kebudayaan disebut dengan culture
(atau yang seringkali diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia).
Kata culture sendiri berasal dari bahasa latin “colere” yang
berarti mengolah (bertani atau mengolah tanah) atau mengerjakan.
Sebenarnya
kata budaya hanya dipakai sebagai singkatan kata kebudayaan, yang berasal dari
Bahasa Sangsekerta budhayah yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti
budi atau akal. Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan
dengan kata culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan
dalam bahasa Latin dari kata colera. Colera berarti mengolah,
mengerjakan, menyuburkan, dan mengembangkan tanah (bertani). Kemudian
pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan
aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam.
Berikut ini adalah definisi dan
pengertian kebudayaan menurut beberapa ahli:
1. Menurut Edward Burnett Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
2.Menurut R.Linton
1940,keseluruhan dari pengetahuan,sikap dan pola perilaku yang merupakan
kebiasaan yang dimiliki dan diwariskan oleh anggota suatu masyarakat tertentu.
3. Menurut Kluckhohn dan Kelly:
1945 berpendapat bahwa budaya adalah: Semua rancangan hidup yang tercipta
secara historis, baik yang eksplisit maupun implisit, rasional, irasional, yang
ada pada suatu waktu, sebagai pedoman yang potensial untuk perilaku manusia.
4.
Menurut Kroeber (1948). Menurutnya, kebudayaan adalah keseluruhan realisasi
gerak, kebiasaa, tata cara, gagasan, dan nilai-nilai yang dipelajari dan
diwariskan, serta perilaku yang ditimbulkannya.
5. Menurut Herskovits (1955).Bagian
dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
6.
Menurut Kroeber dan Kluckhohn 1952,Polaa,eksplit dan implicit,perilaku yang
dipelajari dan diwarisi melalui symbol-simbol,yang merupakan prestasi khas
manusia,termasuk perwujudannya dalam benda-benda budaya.
7. Menurut Selo Soemardjan dan
Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.
8. Menurut Koentjaraningrat: 1979
yang mengatikan budaya dengan: Keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar.
Dari
definisi para ahli tersebut dapat dinyatakan bahwa kebudayaan itu adalah hasil
dari proses belajar.Hanya sedikit tindakan manusia dalam kehidupan
bermasyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar.
B. BUDAYA SEBAGAI SISTEM GAGASAN
Definisi-definisi kebudayaan yang
digunakan oleh para ahli ada 2,yaitu pertama define kebudayaan yang merujuk
pada benda-benda material dan kedua definisi kebudayaan yang merujuk pada
system gagasan.Pada kategori yang pertama disebut kebudayaan sebagai pola dari
perilaku.Kelompok definisi pola dari perilaku mempunyai arti bahwa kebudayaan
itu dihasilkan dari perilaku.Hal ini berarti bahwa kebudayaan dalah benda-benda
atau materi-materi yang dihasilkan dari perilaku
Kelompok yang menganut kebudayaan sebagai
pola bagi perilaku mempunyai pandangan bahwa kebudayaan adalah system
pengetahuan dan kepercayaan yang disusun sebagai pedoman manusia alam
menentukan dan memilih alternative yang ada.Budaya sebagai system gagasan juga
menjadi pedoman bagi manusia bersiakp dan berperilaku.Seperti yang dikatakan
oleh Goodenaugh (1961),memandang kebudayaan pada dasarnya dalam bentuk
pola-pola.Juga Kluckhohn dan Kelly,bahwa budaya berupa rancangan hidup,maka
budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang kita warisi melalui proses
belajar dan menjadi siakp perilaku manusia berikunya yang kita sebut nilai
budaya.
Jadi ,nilai budaya itu adalah gagasan
yang menjadi sumber sikap an tingkah laku manusia dalam kehidupan social
budaya.Sikap suku bangsa atau suatu komunitas mempunyai system kemasyarakatan
yang diwujudkan dalam bentuk norma-norma,niai-nilai,adat-istiadat.Pengertian
kebudayaan sebagai system gagasan atau system pengetahuan ini telah diperjelas
oleh Parsudi Suparlan,yang merumuskan kebudayaan dengan keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk social yang digunakannya untuk memahami dan
menginterprestasikan lingkungan dan pengalamannya serta menjadikan kerangkan
landasan dan mendorog terwujudnya kelakuan.
C.PERWUJUDAN
KEBUDAYAAN
Koentjaningrat,(1990)menggolongkan wujud
kebudayaan menjadi :
1.
Sebagai suatu kompleks dari
ide-ide,gagasan,nilai-nilai,norma-norma,peraturan dan sebagainya.
2.
Sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan
berpola dari manusia dalam masyarakat.
3.
Sebagai benda-benda hasil karya manusia.
J.J
Honingman dalam bukunya “ THE WORLD OF MAN “ (1959)memagi budaya dalam tiga
wujud : “ Ideas,Activities dan Artifacs “.Berdasarkan penggolongan wujud budaya
di atas,kita dapat mengelompokkan budaya meliputi :
1.
Budaya yang bersifat abstrak.
2.
Budaya yang bersifat konkret.
1.
Budaya yang bersifat abstrak.
Budaya
yang bersifat abstrak ini letaknya ada dalam kepala setiap orang atau ada dalam
alam pikiran manusia.Ia bewujud system gagasan, ide-ide,
,nilai-nilai,norma-norma,peraturandan cita-cita. Jadi,budauya yang bersifat
abstrak adalah wujud ideal dari budaya.Wujud kebudayaan abstrak dapat disimpan
dalam : arsip,kaset rekaman, kaset video, disket, mikro film dll.
2.
Budaya yang bersifat konkret
Budaya
yang bersifat konkret adalah pola tindakan aktivitas manusia dalam kehidupan
yang dapat dilihat dan dimati.Sifat konkret budaya ini terdiri atas
:perilaku,bahasa dan materi/artefak.
a.
Perlaku
Perilaku
merupakan penampilan atau cara bertindak sesorang ketika melakukan interaksi
soaial.Setiap perilaku manusia dalam masyarakart harus mengikuti pola-pola
perilaku masyarakanya.Pola-pola perilaku adalah cara bertindak seluruh anggota
suatu masyarakat yang memiliki norma-norma,nilai-nilai dan kebudayaan yang
sama.Perilaku ini memang sifatnya situasional,sehingga seseorang dituntut
memilioki kepekaan social dan strategi adaptasi yang sesuai dengan situasi
masyarakatnya.
b.
Bahasa
Bahasa
adalah suatu system komuniksi yang menggunakan suara dihubungkan satu sama lain
menurut seperangkat aturan,sehingga mmpunyai arti.Kemampuan penguasaan bahasa
seringkali dijadikan bahan acuan dalam melihat komplesitas kebudayaan dari
suatu sku bangsa atau suatu komunitas.Bahasa juga sering diartikan sebagai
system symbol (lambing-lambang) yang digunakan seseorang atau sekelompok orang
di dalam menyampaikan suatu pesan.
c.
Materi atau artefak
Benda
budaya atau artefak adalah wujud konkret dari system gagaan yang dapat kita
lihat sehari-hari.Benda tersebut telah dibuat oleh masyarakat yang masih
sederhana mauun masyarakat yang kompleks(masyarakat kota atau masyarakat
modern).Perkembangan benda-benda budaya ini akan terus berlanjut dan makin hari
perkembangannya semakin kompleks,karena disukung oleh system penemuan baru yang
memadahi,baik discovery maupun invention.Dalam teori evolusi social, keberadaan
benda-benda budaya dapat dijadikan bukti untuk melihat tingkat perkembangan
kebudayaan masyarakat.
D.
PENGERTIAN PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Istilah perubahan social budaya
sesungguhnya berasal dari dua konsep yang berbeda,yaitu konsep perubahan soaial
yang berasal dari sosiologi dan konsep perubhan kebudayaan yang berasal dari
Antropologi.
Definisi
dan pengertian tentang perubahan sosial menurut para ahli diantaranya adalah
sebagai berikut :
-Soedjono
Dirdjosiswojo (1985),memberikan definisi bahwa perubahn social adalah perubahn
fundamental yang terjadi dalam struktur social,system social dan organisasi
social.
-Mac Iver,perubahan sosial adalah
perubahan-perubahan yang terjadi dalam hubungan
sosial (social relation) atau perubahan
terhadap keseimbangan (equilibrium) hubungan sosial.
-Samuel
Koenig,Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang menunjuk pada
modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola kehidupan manusia.
-Kingsley
Davis,Perubahan sosial budaya adalah perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat.
-Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soermardi,Perubahan sosial budaya adalah perubahan
yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang
mempengaruhi sistem sosialnya,termasuk di antara kelompok-kelopok dalam
masyarakat.
-Paul
B Horton dan Chester L Hunt (1984),mendefinisikan bahwa perubahan budaya adalah
perubahan yang mencakup berbagi segi budaya masyarakat.Perubahan ini meliputi
antara lain : penyebatran dan penemuan produk-produk baru,pencampuran
unsure-unsur kebudayaan,pembauran berbagi segi kebudayaan,perubahan konsep tata
susila dan moralitas.
-Koentjaningrat
(1989),menyatakan bahwa perubahn budaya adalah perubahn-perubahan yang mencakup
unsure-unsur kebudayaan yakni mencakup perubahan system pengetahuan,organisasi
social,system mata pencaharian,system teknologi,religi,bahasa dan kesenian.
E.
TEORI-TEORI YANG MENDASARI PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Ada
beberapa teori besar yang mendasari perubahn soaial dan budaya dalam suatu
kehidupan masyarakat,diantaranya adalah :
1.
Teori Evolusi
Teori
ini pada awalnya berpangkal dari pikiran Frederich Hegel,tetapi filsafat
Prancis Uguste Comte lah yang berhasil mengemnbangkan teori ini sehingga
menjadi pengetahuan ilmu social positivistic.berikut ini pemikiran para tokoh
penganut teori evolusi yaitu :
-
Auguste
Comte (1798 – 1857) mte lahir di kota Monpellier Perancis, berasal dai latar
belakan keluarga kelas menengah. Orang tua Comte adalah pegawai kerajaan yang
menganut Katolik, istri Comte adalah bekas pelacur. Meskipun belajar di
politeknik dia juga tertarik pada ilmu sosial. Tokoh yang mempengaruhi
pemikirannya adalah Saint Simon. Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi
(the Founding Father of Sociology). Auguste Comte dapat digolongkan
tokoh fungsionalisme klasik. Teori Comte yang terkenal adalah Hukum
evolusi tiga tahap, yaitu: 1. Tahap teologis yang identik dengan
kekuatan supranatural, fetisisme, animisme, politeisme, monoteisme, agama,
Tuhan, dansebagainya, 2. Tahap metafisik yaitu ketika manusia mencoba melakukan
abstraksi dengan kekuatan akal budinya, 3. Tahap positivisme yaitu ketika
masyarakat mempercayai pengetahuan ilmiah lewat observasi dan pengujian dengan
metode empirik. Oleh karena itu Comte kemudian dijuluki sebagai Father of
Positivism.
-
Herbert
Spencer,Teori Evolusi boleh dibilang melekat pada sosok Charles Darwin. Bukunya
Origin of Species dianggap sebagai peletak dasar teori evolusi dalam
ilmu pengetahuan. Faktanya, Spencer lebih awal memunculkan gagasan teori
evolusi ketimbang Darwin. Spencer mengenalkan konsep evolusi sosial dalam
bukunya Social Statics pada 1850, sembilan tahun sebelum Darwin
menulis Origin of Species (1859). Spencer (1897) menguraikan teori
evolusi secara mendalam dalam The Principles of Sociology yang terbit
1897 di New York.
-
Karl
Marx, Orang pertama yang memahami sumbangsih besar Darwin terhadap paham
materialisme adalah Karl Marx, sang pendiri komunisme. Karl Marx menunjukkan
simpatinya kepada Darwin dengan mempersembahkan karya terbesarnya, Das Kapital,
kepada Darwin. Dalam edisi bahasa Jerman dari buku tersebut, yang ia kirim
kepada Darwin, ia menulis: "Dari seorang pengagum setia Charles
Darwin".ia bepandangan bhawa kapiatalisme sebagai sesuatu yang kejam dan
eksploitatif,namun di lain pihak sebagai tahapan yang diperlukan dalam
masyarakat komunis.
Sedangkan Max weber melihat
masyarakat berubah seara linier dari masyarakat yang diliputi oleh pemikiran
mistik dan penuh takhyul menuju masyarakat yang rasional.
2.
Teori
Siklus
a.
Teori Oswald Spengler (1880-1936)
Menurut teori
ini, pertumbuhan manusia mengalami empat tahapan, yaitu anak-anak, remaja,
dewasa, dan tua. Pentahapan tersebut oleh Spengler digunakan untuk menjelaskan
perkembangan masyarakat, bahwa setiap peradaban besar mengalami proses
kelahiran, pertumbuhan, dan keruntuhan. Proses siklus ini memakan waktu sekitar
seribu tahun.
b.
Teori Pitirim A. Sorokin (1889-1968)
Sorokin
berpandangan bahwa semua peradaban besar berada dalam siklus tiga sistem
kebudayaan yang berputar tanpa akhir. Siklus tiga sistem kebudayaan ini adalah
kebudayaan ideasional, idealistis, dan sensasi.
1) Kebudayaan
ideasional, yaitu kebudayaan yang didasari oleh nilai-nilai dan kepercayaan
terhadap kekuatan supranatural.
2) Kebudayaan
idealistis, yaitu kebudayaan di mana kepercayaan terhadap unsur adikodrati
(supranatural) dan rasionalitas yang berdasarkan fakta bergabung dalam
menciptakan masyarakat ideal.
3) Kebudayaan
sensasi, yaitu kebudayaan di mana sensasi merupakan tolok ukur dari kenyataan
dan tujuan hidup.
c.
Teori Arnold Toynbee (1889-1975)
Toynbee
menilai bahwa peradaban besar berada dalam siklus kelahiran, pertumbuhan,
keruntuhan, dan akhirnya kematian. Beberapa peradaban besar menurut Toynbee
telah mengalami kepunahan kecuali peradaban Barat, yang dewasa ini beralih
menuju ke tahap kepunahannya.
3.
Teori
Fungsionalisme
Konsep yang berkembang dari teori ini adalah cultural lag
(kesenjangan budaya). Konsep ini mendukung Teori Fungsionalis untuk menjelaskan
bahwa perubahan sosial tidak lepas dari hubungan antara unsur-unsur kebudayaan
dalam masyarakat. Menurut teori ini, beberapa unsur kebudayaan bisa saja
berubah dengan sangat cepat sementara unsur yang lainnya tidak dapat mengikuti
kecepatan perubahan unsur tersebut. Maka, yang terjadi adalah ketertinggalan
unsur yang berubah secara perlahan tersebut. Ketertinggalan ini menyebabkan
kesenjangan sosial atau cultural lag .
Para penganut Teori Fungsionalisme lebih menerima perubahan sosial
sebagai sesuatu yang konstan dan tidak memerlukan penjelasan. Perubahan
dianggap sebagai suatu hal yang mengacaukan keseimbangan masyarakat. Proses
pengacauan ini berhenti pada saat perubahan itu telah diintegrasikan dalam
kebudayaan. Apabila perubahan itu ternyata bermanfaat, maka perubahan itu
bersifat fungsional dan akhirnya diterima oleh masyarakat, tetapi apabila
terbukti disfungsional atau tidak bermanfaat, perubahan akan ditolak. Tokoh
dari teori ini adalah William Ogburn.Penganut teoti fungsionalisme selalu
berpandangan bahwa mayarakat tidak statis,tetap dinamis,teratur dan harmonis.
F.
BENTUK-BENTUK PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Menurut
Soerjono Soekanto (1990) perubahan social dan kebudayaan dapat dibedakan dalam
beberapa bentuk,yaitu :
1.
Perubahan
cepat dan perubahan lambat
Perubahan lambat adalah
perubahan social budaya yang memrlukan waktu lama,cenderung tidak direncanakan
dan berlangsung secara alamiah tetapi biasanya menuju ke tahap perkembangan
masyarakat yang lebih sempurna atau lebih baik dari perkembnagan
sebelumnya.Evolusi ini bersifat alamiah dan tidal direncanakan. Proses
terjadinya perubahan sosial dapat berlangsung secara lambat dan dapat pula berlangsung
secara cepat. Jika perubahan sosial itu berlangsung secara lambat dan
memerlukan waktu yang lama, di dalamnya juga terdapat serentetan
perubahan-perubahan kecil yang saling mengikuti secara lambat, maka perubahan
semacam itu dinamakan evolusi. Perubahan secara evolusi biasanya terjadi
dengan sendirinya, tanpa suatu rencana ataupun suatu kehendak tertentu.
Perubahan-perubahan semacam ini berlangsung karena adanya upaya-upaya
masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan keperluan-keperluan, keadaan-keadaan
dan kondisi-kondisi baru yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat.
Apabila suatu perubahan
terjadi secara cepat, di mana hal tersebut bahkan mampu mengenai dasar-dasar
atau sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat (yaitu lembaga-lembaga kemasyarakatan),
maka perubahan tersebut dinamakan revolusi. Di
dalam revolusi, peru-bahan-perubahan yang terjadi dapat direncanakan terlebih
dahulu maupun tanpa rencana. Akan tetapi, meskipun revolusi dikatakan sebagai
perubahan cepat, namun ukuran kecepatan-nya sebenarnya bersifat relatif, oleh
karena suatu revolusi dapat pula memakan waktu yang relatif lama, seperti
misalnya revolusi industri yang dimulai di Inggris, di mana terjadi
perubahan-perubahan dari tahap produksi tanpa mesin menuju ke tahap produksi dengan
menggunakan mesin. Perubahan tersebut dianggap cepat, karena merubah
sendi-sendi pokok dari kehidupan masyarakat, seperti misalnya sistem
kekeluargaan, hubungan antara buruh dan majikan, dan seterusnya. Suatu revolusi
dapat pula berlangsung dengan didahului oleh suatu pemberontakan (rebellion),
yang kemudian menjelma menjadi revolusi. Terjadinya pemberontakan para petani
di Banten pada tahun 1888 misalnya, telah didahului dengan suatu tindak
kekerasan sebelum akhirnya menjadi suatu revolusi yang mampu merubah
sendi-sendi kehidupan masyarakat di daerah tersebut.
2.
Perubahan kecil dan perubahan
besar
Suatu perubahan dikatakan kecil apabila perubahan itu tidak sampai
membawa pengaruh yang langsung atau berarti bagi masyarakat, sedangkan sebaliknya, suatu perubahan dikatakan besar apabila
perubahan-perubahan tersebut mampu membawa pengaruh yang besar bagi masyarakat
(khususnya lembaga-lembaga kemasyarakatannya). Suatu perubahan dalam mode
pakaian, gaya rambut, dan model aksesoris misalnya, tidak akan membawa pengaruh
yang berarti bagi masyarakat dalam keseluruhannya, oleh karena tidak
mengakibatkan perubahan-perubahan dalam lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Namun sebaliknya, suatu proses industrialisasi pada masyarakat yang
agraris misalnya, merupakan perubahan yang akan membawa pengaruh yang besar
pada masyarakat yang bersangkutan. Dalam proses tersebut (industrialisasi),
diperkirakan berbagai lembaga-lembaga kemasyarakatan akan terpengaruh olehnya,
seperti misalnya hubungan kerja, sistem milik tanah, hubungan-hubungan
kekeluargaan, stratifikasi sosial, dan sebagainya. Dengan demikian terjadinya
proses industrialisasi pada masyarakat yang masih agraris merupakan suatu
perubahan sosial yang besar bagi masyarakat yang bersangkutan.
Perubahan yang Dikehendaki/Direncanakan
dan Perubahan yang Tidak
Direncanakan Perubahan yang
dikehendaki/direncanakan = pembangunan adalah perubahan yang sudah diperkirakan
sebelumnya oleh pihak-pihak tertentu yang ada dalam masyarakat. Perubahan yang tidak dikehendaki/tidak direncanakan
adalah perubahan yang tidak diperkirakan adalahperubahan yang tidak
diperkirakan sebelumnya.Biasanya
perubahan yang tidak dikehendaki muncul sebagai dampak dari perubahan
yang direncanakan. Perubahan yang
dikehendaki atau yang direncanakan merupakan
perubahan yang telah diperkirakan atau direncanakan terlebih dahulu oleh
pihak-pihak yang hendak melakukan
perubahan di masyarakat. Pihak-pihak
tersebut dinamakan agent of change, yaitu seseorang atau sekelompok
orang yang mendapat kepercayaan masyarakat
untuk memimpin satu atau lebih lembaga-lembaga
kemasyarakatan yang bertujuan untuk mengubah suatu sistem sosial. Contoh
perubahan yang dikehendaki adalah pelaksanaan pembangunan atau perubahan tatanan pemerintahan, misalnya perubahan
tata pemerintahan Orde Baru menjadi tata pemerintahan Orde Reformasi.
Perubahan
yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan merupakan
perubahan yang terjadi di luar jangkauan
pengawasan masyarakat dan dapat
menyebabkan timbulnya akibat-akibat sosial yang tidak
diharapkan. Contoh perubahan
yang tidak dikehendaki atau tidak direncanakan adalah
munculnya berbagai peristiwa
kerusuhan menjelang masa peralihan tatanan
Orde Lama ke Orde Baru dan peralihan
tatanan Orde Baru
ke Orde Reformasi.
G. FAKTOR-FAKTOR
PENDORONG DAN PENGHAMBAT PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
Ada dua faktor
pendorong terjadinya perubahan sosial budaya,yaitu faktor yang datangnya dari
dalam diri masyarakat itu sendiri (Faktor internal)dan faktor yang berasal dari
luar masyarakat (faktor eksternal).
1.
Faktor
Pendorong Terjadinya Perubahan Sosial
Budaya
1.1 Faktor Internal
Internal factor (faktor dalam) adalah
faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat
itu yang menyebabkan timbulnya
perubahan pada masyarakat itu sendiri baik secara
individu, kelompok ataupun organisasi.
Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial yang
bersumber dari dalam masyarakat (sebab
intern).
a. Faktor manusia
Faktor manusia merupakan faktor
yang sangat penting dalam mendorong perubahan
soaial budaya,karena faktor ini di
samping memiliki potensi fisik biologis.
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan memberikan
sumbangan yang cukup besar dalam mendorong
perubahan sosial budaya.
c. Adanya penemuan-penemuan baru
Adanya penemuan-penemuan baru yang
berkembang di masyarakat, baik penemuan yang bersifat baru (discovery)
ataupun penemuan baru yang bersifat menyempurnakan dari bentuk penemuan lama (invention).
Suatu proses social dan kebudayaan yang besar, tetapi terjadi dalam jangka
waktu yang tidak terlalu lama disebut dengan inovasi. Proses tersebut meliputi
suatu penemuan baru, jalannya unsur kebudayaanbaru yang tersebar ke lain-lain
bagian masyarakat, dan cara-cara unsure kebudayaan baru tadi diterima,
dipelajari dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Penemuan
baru sebagai akibat terjadinya perubahan-perubahan dapat dibedakan dalam
pengertian discovery dan
invention. Discovery adalah penemuan unsur
kebudayaan yang baru, baik berupa alat ataupun yang berupa gagasan yang
diciptakan oleh seorang individu atau serangkaian ciptaan para individu.
Discovery sendiri akan berubah menjadi invention, jika masyarakat sudah
mengakui, menerima serta menerapkan penemuan baru tersebut.
1.2. Faktor
Eksternal
Faktor Eksternal, pada masyarakat juga
dikenal external factor. External factor atau faktor luar
adalah faktor-faktor yang berasal dari luar masyarakat yang menyebabkan
timbulnya perubahan pada masyarakat. Berikut ini sebab-sebab perubahan sosial
yang bersumber dari luar masyarakat (sebab ekstern).
a. Kontak budaya dan komunikasi
sosial.
Bagi mmasyarakat yang memiliki sikap
terbuka,perubahan adalah hal yang biasa dan
sikap ini banyak dianut oleh
orang-oranng modern yang memiliki kebanggan diri karena
bersikap progresif dan tidak ketinggalan
jaman.
b. Adanya intervensi atau paksaan untuk
menerima nilai-nilai baru
c. Adanya peperangan atau terjadinya
revolusi
Adanya peperangan, baik perang saudara
maupun perang antarnegara dapat menyebabkan perubahan, karena pihak yang menang
biasanya akan dapat memaksakan ideologi dan kebudayaannya kepada pihak yang
kalah. Misalnya, terjadinya perang antarsuku ataupun negara akan berakibat
munculnya perubahan-perubahan, pada suku atau negara yang kalah. Pada umunya
mereka yang menang akan memaksakan kebiasaan-kebiasaan yang biasa dilakukan
oleh masyarakatnya, atau kebudayaan yang dimilikinya kepada suku atau negara
yang mengalami kekalahan. Contohnya, jepang yang kalah perang dalam Perang
Dunia II, masyarakatnya mengalami perubahan-perubahan yang sangat berarti.
2. Faktor Penghambat
Perubahan Sosial Budaya
Menurut Soerjono Soekanto,terdapat 8 faktor
terjadinya perubahan sosial budaya,yaitu :
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain
2. Perkembangan ilmu pengetahuan yang
terlambat
3. Sikap masyarakat yang tradisional
4. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah
tertananam sangat kuat atau vested interest
5. Rasa takut akan terjasinya kegiyahan pada
integrasi kebudayan
6. Prasangka terhadap hal-hal asing atau sikap
yang tertutup
7. Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis
8. Adat-istiadat atau kebiasaan.
Thank you so much kakak atas informasi nya, sangat membantu
BalasHapus